fbpx

Masa Depan Pekerjaan: Persimpangan Kecerdasan Buatan Dan Sumber Daya Manusia

Bagikan artikel ini

Masa Depan Pekerjaan Persimpangan Kecerdasan Buatan Dan Sumber Daya Manusia

Kecerdasan Buatan (Artificial intelligence) telah mengubah pola hidup kita, baik ketika ada di rumah maupun  di tempat kerja. Lebih dari dari 1,8 juta orang telah menggunakan layanan Alexa Amazon untuk mengontrol lampu, membuka kunci mobil, dan menerima informasi harga saham terbaru. Secara total, Alexa  sebagai salah satu sistem yang menerapkan Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan, disebut-sebut memiliki lebih dari 3.000 skill. Kemampuan sistem kecerdasan buatan ini berkembang setiap hari.

Di tempat kerja, kecerdasan buatan berkembang menjadi asisten cerdas untuk membantu kita bekerja lebih cerdas. Setidaknya dalam memahami teks dalam bahasa asing, menjadi dipahami dalam bahasa kita, melalui sistem komputer.  Kecerdasan buatan bukanlah masa depan, ternyata kecerdasan buatan telah terjadi saat ini. Jadi, kecerdasan buatan adalah masa kini.

IBM dan sejumlah perusahaan rintisan (start up) menargetkan asisten cerdas, yang juga dikenal sebagai chatbots, atau algoritma komputer yang dirancang untuk bisa bercakap-cakap layaknya manusia. Mesin chat otomatis (chatbots) ini bisa mensimulasikan percakapan manusia, merekrut karyawan, menjawab pertanyaan SDM, atau mempersonalisasi pengalaman belajar. Sebuah survei terhadap hampir 400 pejabat HRD sebuah perusahaan, yang dilakukan oleh IBM Institute for Business Value menemukan bahwa setengah dari sampel survei mengenali kekuatan komputasi kognitif untuk mengubah dimensi utama Sumber Daya Manusia (SDM), seperti Operasi SDM, Akuisisi Bakat, dan Pengembangan Bakat.

Sama seperti yang telah dilakukan dalam bidang marketing, yang menggunakan chatbot untuk membuat konsumen yang berbelanja nyaman dengan mempersonalisasikan pengalaman berbelanjanya. Para manajer dan pemimpin HRD (Human Resource Department) mulai melirik dan menggunakan chatbot untuk meningkatkan profesionilatas para karyawannya.

Investasi dalam bidang Artificial Intelligence atau keerdasan buatan  telah meningkat dari $ 282 juta  (4,11 Triliun Rupiah) pada tahun 2011 menjadi $ 2,4 miliar (Lebih dari 35 Triliun Rupiah) pada tahun 2015, meningkat 746% dalam lima tahun. Pada tahun 2016, juga terus meningkat dengan sekitar $ 1,5 miliar dolar AS yang telah diinvestasikan pada lebih dari 200 perusahaan yang berfokus pada AI.

Kecerdasan Buatan dalam Kehidupan dan Lingkungan Kerja

Penggunaan Kecerdasan buatan dalam sebuah produk, demi tujuan untuk menjalin kedekatan dengan konsumen. Karena, menurut penelitian yang dilakukan oleh Desk.com, 22% lebih generasi milenial mengharapkan tanggapan yang cepat. Bahkan dalam penelitian itu, waktu memberikan tanggapan tidak lebih dari 10 menit. Jika ini dilakukan oleh manusia, bukan AI maka sudah tidak mungkin menjawab masing-masing pertanyaan produk dari konsumen yang jumlahnya bisa mencapi ratusan dan ribuan dalam satu waktu yang bersamaan.  Maka dari itu, produk-produk dan layanan-layanan penjualan lebih memilih menggunakan chatbot yang bisa memberikan layanan 24 jam nonstop sepanjang waktu. Hal paling sederhana yang telah dilakukan oleh para penjual secara online adalah dengan memberikan setting jawab otomatis dalam layanan perpesanan mereka, baik yang melalui whatsApp maupun layanan Facebook Mesenger. Tentu hal ini dilakukan agar konsumen merasa nyaman dan bisa segera dilayani.

Baca Selengkapnya :   Manakah Model Absensi yang Tepat untuk Melacak Data Jam Kerja

Pada dasarnya bukan kaum milenial saja yang membutuhkan jawaban cepat secara instan. Semua konsumen digital menghendaki adanya percakapan yang fleksibel dan cepat. Hal sesuai dengan data tahun 2016, hampir US$ 2 milar penjulan secara online dilakukan oleh asisten digital, alias kecerdasan buatan.

Pilihan bidang kerja yang juga mengembangkan kecerdasan buatan adalah HRD (Human Resource Department). Para pemimpin HRD sudah mulai bereksperimen dengan semua aspek untuk memberikan nilai lebih bagi organisasi mereka.

Chatbots Untuk Menjawab Pertanyaan Karyawan yang Sering Diajukan

Salah satu AI dalam bentuk chatbot bernama Jane. Jane adalah chatbot yang  dibuat pada 2014. Jane bisa menjawab pertanyaan terkait dengan bidang Sumberdaya Manusia, atau bidang kepegawaian. Bahkan dalam perkembangannya, Jane mampu menjawab pertanyaan “Apakah tetap berangkat saat ada pelantikan presiden?”  Jane, selain mampu menjawab pertanyaan yang sering diajukan oleh karyawan, AI ini juga bisa menawarkan fasilitas tunjangan yang telah ditawarkan oleh perusahaan. Jadi, Jane dapat secara proaktif mempromosikan tunjangan kepada karyawan yang mungkin belum mengetahuinya.  Bahkan Jane dapat menjangkau karyawan dengan sapaan yang sangat personal, “Hai John, sudahkah Anda mencoba kelas Yoga yang kami tawarkan di gedung Anda hari ini pukul 15.00? Klik di sini untuk memesan sendiri secara otomatis. Anda telah bekerja keras dan pantas mendapatkannya ! “

Baca Selengkapnya :   Sudah Siap? Ini Dia Prediksi Tren HR 2024!

Keunggulan Jane adalah mampu melacak dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi karyawan menggunakan analitik waktu nyata secara realtime, kemudian menerapkan analisis sentimen untuk mengatasi masalah ini. Misalnya, banyaknya karyawan yang menanyakan keterlambatan pembayaran biaya perjalanan. Hal ini menunjukkan adanya ketidak beresan dalam sistem perusahaan. Maka dari itu, sebelum masalah membuncah menjadi lebih besar dan rumit, maka pemimpin perusahaan dapat mencari solusi dan mencari pemecahan masalahnya.

Chatbots Untuk Meningkatkan Rekrutmen Berdasarkan Bakat dan Kemampuan

Penelusuran bakat menjadi bagian penting dalam proses rekrutmen karyawan baru.  Asisten Cerdas berbasis kecerdasan buatan dapat memanfaatkan berbagai sumber data untuk melakukan proses rekrutemen. Mulai dari menyusun profil pelamar kerja yang lengkap, menjadwalkan wawancara, hingga dapat memberikan keputusan tentang pelamar kerja.

AI beranam Talla adalah chatbot yang bisa melakukan peran rekrutmen calon karyawan. Menurut Rob May, CEO Talla, pekerjaan rekrutmen bisa mengandalkan Talla. Sementara para manager dan pemimpin perusahaan bisa memikirkan pekerjaan dan pengambilan keputusan yang lebih strategis. Bukan justru disibukkan mencari karyawan baru, masalah ini bisa diselesaikan oleh kecerdasan buatan.

Baca Selengkapnya :   5 Alasan Menggunakan Mesin Absensi Wajah !

Chatbots Sebagai Asisten Pengajar

Bukan hanya melakukan pekerjaan yang rutin sehari-hari seperti menggantikan peran karyawan, kecerdasan buatan bahkan mampu menjadi asisten pengajar. Untuk tidak mengatakan sebagai pengajar itu sendiri.

Bahkan dalam kondisi tertentu, kecerdasan buatan ini mampu menjawab berbagai pertanyaan terkait pelajaran dari para peserta kursus. Seorang pengajar sesungguhnya, tinggal menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih kompleks, yang tidak bisa dipecahkan oleh Artificial Intelligence. Misalnya pertanyaan: bagaimana anda mendefinisikan kecerdasan?

Kecerdasan buatan yang telah merambah pada segala lini, tentu akan memudahkan para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Namun, yang menjadi persimpangan arahnya adalah sejauh mana kita para pekerja memanfaatkan AI? Ataukah kita harus bersaing dengan AI dalam mencari pekerjaan kelak.

Bisa jadi pekerjaan kita akan diambil alih oleh AI semuanya. Mulai dari Guru, karyawan, customer service, hingga pekerjaan-pekerjaan rutin lain yang ‘’hanya’ membutuhkan rutinitas itu-itu saja bisa jadi digeser oleh AI.

Kalau saja kita tidak mengembangkan diri dengan skill dan kemampuan serta keterampilan yang tidak dapat digantikan oleh mesin, mungkin kita akan tetap bertahan dan mampu bersaing. Namun, jika yang kita lakukan hanya itu-itu saja, bisa jadi lapangan pekerjaan kita diambil alih oleh mesin-mesin dan kecerdasan buatan.

Daftar Isi

Categories

Jangan Lewatkan Kesempatan Menjadi Reseller Kami!

Bergabung sekarang dan nikmati keuntungannya!